Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 120 helai per hari, dapat difus atau setempat (lokal). Kelainan setempat dapat unifokal atau multifokal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi kebotakan (alopesia).
Alopesia atau kebotakan dibagi menjadi 3 jenis:
- Alopesia universalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada pada tubuh.
- Alopesia totalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala.
- Alopesia areata: kebotakan yang terjadi setempat dan berbatas tegas, umumnya terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat juga mengenai daerah berambut lainnya. Sebanyak 1-2% kasus dapat menjadi alopesia totalis atau alopesia universalis.
Alopesia areata mengenai 1-2% populasi, baik pria maupun wanita. Alopesia areata dapat terjadi pada semua usia. Sebanyak 0,7-3% pasien yang berobat ke dermatologis menderita alopesia areata. Risiko terjadinya alopesia areata diperkirakan 1,7%.
Penyebabnya belum diketahui, sering dihubungkan dengan adanya infeksi fokal, kelainan endokrin, dan stres emosional. Sebagian penderita menunjukkan keadaan neurotik dan trauma psikis. Alopesia areata ditandai dengan adanya bercak hilangnya rambut pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu mata.
Male Pattern Alopecia atau Male Pattern Baldness (Alopesia Androgenik pada Pria)
Merupakan kebotakan yang umum yang mengenai sekitar 50% pria. Penyebabnya ialah berbagai faktor herediter dominan dan meningkatnya konsentrasi androgen ekstra gonadal di kulit kepala. Saat muda, hormon dihydrotestosterone (DHT) memicu pertumbuhan rambut wajah, namun seiring dengan bertambahnya usia, reseptor DHT mulai berespons lain, makin banyak DHT yang mengikat reseptor folikel rambut kepala, menyebabkan folikel rambut menjadi tidak aktif, sehingga pertumbuhan rambut baru di kepala menjadi menipis secara progresif.
Alopesia ini biasanya muncul pada akhir umur 20 atau awal umur 30-an, rambut rontok bertahap dimulai dari bagian verteks (puncak kepala) dan frontal. Garis rambut anterior menjadi mundur dan dahi menjadi terlihat lebar. Puncak kepala menjadi botak. Beberapa varian bentuk kerontokan rambut dapat terjadi, tetapi yang tersering adalah resesi bagian frontoparietal dan verteks menjadi botak.
Female Pattern Baldness (Alopesia Androgenik pada Wanita)
Penurunan kadar testosterone juga mempengaruhi pertumbuhan rambut pada wanita, meskipun estrogen dapat melawan beberapa efeknya, namun setelah menopause, wanita lebih rentan mengalami kerontokan rambut. Sebanyak 13% wanita pasca-menopause dilaporkan menderita alopesia androgenik.
Pada wanita, perjalanan penyakitnya sama di mana kerontokan rambut wanita lebih banyak pada daerah verteks. Kerontokan rambut juga dapat terjadi difus mulai dari puncak kepala. Rambutnya menjadi tipis dan suram. Sering disertai rasa terbakar dan gatal. Keadaan ini berlangsung lama.
Jenis Alopesia yang Lain
Alopesia bentuk lain, misalnya pada trikotilomania (alopesia neurosis), yaitu rambut ditarik berulangkali sehingga putus, alopesia karena faktor fisik (radiasi berlebihan atau epilasi menggunakan sinar X pada pengobatan tinea kapitis, alopesia karena tekanan, misalnya pada bayi yang berbaring pada satu sikap, alopesia karena tarikan / alopesia traksi), alopesia pada sifilis, alopesia seboroik, alopesia akibat radang, alopesia pada tinea kapitis, alopesia karena kelainan endokrin (hipotiroid atau hipertiroid, diabetes melitus), alopesia karena obat (kemoterapi, cyclophosphamide, chlorambusil, talium, dll), dan alopesia kongenital.
Suplemen untuk Alopesia
Beberapa suplemen dan bahan herbal yang telah digunakan untuk membantu mengatasi kerontokan rambut dan terapi alopesia, antara lain:
- Saw Palmetto Extract
Zat herbal ini diproses dari buah pohon sejenis palem kerdil dari Amerika Utara. Saw palmetto extract bekerja dengan menghambat konversi testosterone menjadi DHT, dan telah digunakan secara luas untuk pencegahan dan terapi kerontokan rambut sejak pertama kali di pasar Eropa 17 tahun yang lalu. Suatu studi skala kecil menemukan bahwa 60% subjek yang mengonsumsi suplemen ekstrak saw palmetto meningkat pertumbuhan rambutnya dibandingkan pada 10% subjek yang mengonsumsi plasebo.
- Beta-sitosterol
Beta-sitosterol merupakan phytosterol, sejenis alkohol berasal dari tanaman, yang juga dianggap dapat membantu mencegah kerontokan rambut. Hasil suatu studi tersamar ganda dengan kontrol plasebo menunjuk kan bahwa beta-sitosterol memicu perbaikan yang bermakna pada 6 dari 10 subjek pria dengan alopesia androgenik ringan hingga sedang. Beta-sitosterol bekerja dengan menghambat ekspresi 5-alphareductase tipe II.
- CoQ10
CoQ10 yang dapat membantu memicu fungsi seluler ini telah menunjukkan efektivitasnya sebagai terapi kerontokan rambut dalam suatu penelitian terbatas.
- Red Clover
Ekstrak red clover berasal dari tanaman red clover (Trifolium patense) yang merupakan sumber molekul isofl avone. Suplementasi ekstrak red clover 80 mg oral setiap hari selama 90 hari pada wanita pasca-menopause tampak meningkatkan kualitas rambut kepala (ketebalan, fragilitas, dan kualitas secara umum) yang jika dinilai dengan skala 0-10 oleh subjek sendiri, perbaikan tampak antara 6,3-7,3 poin (plasebo 0,2-4,2 poin), tetapi dengan variabilitas tinggi.
- Grape Seed Extract
Grape seed mengandung proacyanidin yang mempunyai efek antioksidan yang dapat menstimulasi epitel sel rambut, sehingga dapat memicu pertumbuhan rambut. Suatu studi di Jepang menyimpulkan bahwa procyanidin dari apel mempunyai potensi sebagai terapi kerontokan rambut.
- Evening Primrose Oil
Suplemen ini digunakan sebagai terapi kerontokan rambut karena mengandung gamma-linolenic acid (GLA), suatu asam lemak esensial. Diet kaya asam lemak esensial ini dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta linolenic acid secara spesifi k telah dikaitkan dengan kesehatan rambut dan kulit. Peneliti dari University of Massachusetts telah meneliti efek diet kurang linolenic acid pada tikus dan menemukan bahwa kerontokan rambut dapat terjadi jika terjadi defi siensi.
- Biotin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa biotin (bagian dari vitamin B kompleks) dapat memperbaiki penipisan rambut. Banyak ahli merekomendasikan suplemen biotin untuk kesehatan rambut. Biotin meningkatkan densitas rambut dan membantu produksi rambut lebih banyak.
- Vitamin D
Para ahli telah mengeksplorasi peranan vitamin D pada kesehatan rambut. Menurut seorang dermatologis dari Permanente Medical Group di Vallejo, California, reseptor vitamin D membantu meregulasi siklus rambut.
- Vitamin A
Antioksidan ini sering digunakan dalam formula suplemen rambut, kulit, dan kuku secara umum, karena vitamin A terlibat dalam regenerasi kulit.
- Vitamin C, E, Zinc
Ketiga antioksidan tersebut membantu memperbaiki kerusakan pada tingkat seluler, sehingga dapat membantu pertumbuhan rambut yang sehat. Para peneliti menemukan bahwa kadar zinc menurun bermakna pada pasien alopesia areata yang sudah lama.
REFERENSI:
1. Bolduc C. Alopecia areata [Internet]. 2014 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://www.emedicine.com/DERM/topic14.htm.
2. Feinstein R.P. Androgenic alopecia [Internet]. 2014 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://www.emedicine.com/DERM/ topic21.htm.
3. Cuff ey A. Supplements for hair growth: What works, what doesn’t [Internet]. 2014 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://www.youbeauty.com/hair/supplements-for-hair
4. Maiyer K. Beta sitosterol to treat hair loss [Internet]. 2013 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://www.livestrong.com/article/170080-beta-sitosterol-to-treat-hair-loss/http://www.
livestrong.com/article/170080-beta-sitosterol-to-treat-hair-loss/
5. Calabro S. Alternative treatments for hair loss [Internet]. 2010 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://www.everydayhealth.com/skin-and-beauty/alternative-hair-loss-treatments.aspx
6. Red clover extract [Internet]. 2014 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://examine.com/supplements/Red+Clover+Extract/