Resistensi insulin adalah suatu kondisi dimana tubuh memproduksi insulin namun tidak dapat menggunakannya dengan optimal, terutama pada sel-sel otot, lemak dan hati. Hasilnya tubuh akan memerlukan insulin lebih banyak untuk membantu glukosa masuk ke dalam sel. Sehingga pankreas berusaha untuk mengatasi peningkatan kebutuhan insulin dengan lebih banyak memproduksi insulin, sampai pada titik dimana pankreas gagal mempertahankan kebutuhan insulin dan kadar glukosa dalam darah akan berlebih, akhirnya terdiagnosa Diabetes Melitus (DM). Bila resistensi insulin meningkat, kemungkinan penyakit dapat berkembang menjadi DM tipe 2 dan penyakit jantung pun akan meningkat.

Orang-orang dengan resistensi insulin dan hiperglikemia yang memiliki kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko berkembangnya Diabetes tipe 2 serta kerusakan jantung dan pembuluh darah, disebut juga penyakit Kardiovaskular. Yang tergolong pada kondisi ini antara lain orang yang memiliki berat badan berlebih di sekitar pinggang, hipertensi serta kadar abnormal kolesterol dan trigliserida di dalam darah. Bila memiliki beberapa kondisi di atas, maka bisa dikategorikan mengidap sindrom metabolik atau sindrom Resistensi Insulin, atau yang saat ini disebut juga sindrom X.

Sindrom metabolik didefinisikan mengalami 3 dari beberapa kondisi berikut:

  • Lingkar pinggang = 40 inci untuk laki-laki atau = 35 inci pada perempuan.
  • Kadar trigliserida = 150 mg/dl atau sedang menggunakan obat untuk kadar trigliserida yang tinggi.
  • Kadar HDL atau kolesterol “baik” < 40 mg/dl untuk laki-laki atau < 50 mg/dl untuk perempuan atau sedang menggunakan obat untuk kadar HDL rendah.
  • Tekanan darah =130/85 mmHg atau sedang menggunakan obat hipertensi.
  • Kadar gula darah puasa =100 mg/dl atau sedang menggunakan obat untuk hiperglikemia.


Selain itu, ada pula kondisi yang disebut pre-diabetes, yaitu suatu kondisi dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal tapi tidak cukup tinggi untuk dapat didiagnosa diabetes. Kondisi ini kadang disebut Impaired Fasting Glucose (IFG) atau Impaired Glucose Tolerance (IGT). Hampir semua orang dengan prediabetes mengalami diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 10 tahun, kecuali bila orang tersebut mampu menurunkan 5–7% berat badannya dengan merubah diet dan aktivitas tubuh. Orang dengan prediabetes juga memiliki risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular.

Resistensi insulin dan prediabetes umumnya tidak memiliki gejala. Orang tersebut dapat mengalami salah satu atau kedua kondisi itu selama beberapa tahun tanpa merasakan apapun. Orang dengan resistensi insulin yang berat memiliki kulit dengan bercak gelap, yang umumnya terjadi pada leher bagian belakang, dan area lain seperti siku, lutut, persendian dan ketiak. Keadaan ini disebut Acanthosis nigricans.

Diabetes dan prediabetes dapat dideteksi dengan salah satu tes berikut:

  • Tes glukosa puasa
  • Tes toleransi glukosa
  • Orang dengan hasil tes yang terindikasi memiliki pre-diabetes harus memeriksakan kembali kadar gula darahnya dalam 1 atau 2 tahun.


Faktor risiko untuk pre-diabetes dan diabetes tipe 2, terutama pada orang yang overweight atau obese atau berusia 45 tahun atau lebih antara lain:

  • Aktivitas fisik kurang.
  • Memiliki orang tua atau saudara kandung dengan diabetes.
  • Memiliki latar belakang keluarga Afrika Amerika, Alaska, Amerika India, Asia Amerika, Hispanic, atau Pacific Islander.
  • Melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 pound (4,1 kg) atau telah didiagnosa diabetes gestasional selama hamil.
  • Memiliki hipertensi atau sedang menggunakan obat hipertensi.
  • Memiliki HDL atau kolesterol “baik” kurang dari 35 mg/dl atau kadar trigliserida lebih dari 250 mg/dl.
  • Menderita Polycystic Ovary Syndromme.
  • Menderita gangguan pada tes glukosa puasa atau tes toleransi glukosa sebelumnya.
  • Memiliki kondisi lain yang berhubungan dengan resistensi insulin, seperti obesitas berat atau Acanthosis nigricans.
  • Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular.


Aktivitas fisik dan upaya pengurangan berat badan dapat membantu tubuh untuk merespon lebih baik terhadap insulin. Dengan mengurangi berat badan dan aktivitas fisik, orang dengan Resistensi Insulin atau prediabetes dapat terhindar dari diabetes tipe 2. Selain itu, upaya tersebut juga dapat membantu tubuhnya menggunakan insulin secara normal melalui aktivitas fisik yang menyehatkan, bijak dalam memilih makanan, mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.

Aktivitas fisik dapat membantu sel-sel otot menggunakan energi glukosa darah dengan membuat sel menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Sehingga kadar glukosa darah dapat terpelihara dan kejadian prediabetes atau diabetes tipe 2 pun dapat dicegah demi mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Daftar Pustaka
1. U.S Department of Health and Human Service. Insulin resistance and pre-diabetes. National Diabetes Information Clearinghouse. Bethesda; 2008
2. American Diabetes Association. All About Insulin Resistance. 2004
3. Moller DE, O’Rahilly S. Syndromes of severe insulin resistance: clinical and pathophysiological features. Insulin Resistance. Massachusetts; 1993: 49-81
4. Moses AC, Abrahamson MJ. Therapeutic Approaches to Insulin Resistance. Insulin Resistance. Massachusetts; 1993: 385-410

Dexa Medica, Juli 2011